Jangan Kesrut, Kuliner Langka Banyuwangi yang Menggoda
Jangan Kesrut, kuliner langka khas Banyuwangi, Jawa Timur.
BANYUWANGI - Menggoda. Warna merah menyala
dan aroma segar dan pedas menggoda hidung penikmatnya. Itulah kesan
pertama kali jika Anda menikmati Jangan Kesrut, salah satu makanan khas
Banyuwangi, Jawa Timur, yang mulai langka.
Tidak banyak warung yang menyediakan menu Jangan Kesrut. Salah satu warung yang menyediakannya yaitu Warung Olgha yang beralamat di Jalan DI Panjaitan 49 Lateng, Banyuwangi, milik Khusnul Hotimah.
Khusnul mengaku sengaja memilih Jangan Kesrut sebagai menu andalan di warung miliknya bukan hanya karena langka. Namun juga karena rasanya yang nikmat dan selalu di cari oleh pelanggan
"Kalau rawon dan soto sudah banyak yang jualan jadi milih yang unik dan juga untuk melestarikan makanan khas Banyuwangi, 'jangan' dalam Bahasa Indonesia artinya sayur yang berkuah. Kenapa 'kesrut'? Karena rasanya pedas jadi kalau makan akan 'kesrut-kesrut' karena menahan ingus yang keluar dari hidung karena kepedasan," selorohya sambil tertawa.
Di warungnya, Khusnul menyiapkan dua jenis isian Jangan Kesrut yaitu daging dan kikil. "Kalau mau isian ayam harus pesan dulu karena jarang yang pesan. Kebanyakan ya daging sama kikil," jelasnya.
Untuk daging, Khusnul memilih bagian lulur sapi. Ia menuturkan lulur sapi merupakan bagian paling enak karena lemaknya sedikit. Ia juga berbagi resep yang ia gunakan untuk memasak Jangan Kesrut.
Tidak banyak warung yang menyediakan menu Jangan Kesrut. Salah satu warung yang menyediakannya yaitu Warung Olgha yang beralamat di Jalan DI Panjaitan 49 Lateng, Banyuwangi, milik Khusnul Hotimah.
Khusnul mengaku sengaja memilih Jangan Kesrut sebagai menu andalan di warung miliknya bukan hanya karena langka. Namun juga karena rasanya yang nikmat dan selalu di cari oleh pelanggan
"Kalau rawon dan soto sudah banyak yang jualan jadi milih yang unik dan juga untuk melestarikan makanan khas Banyuwangi, 'jangan' dalam Bahasa Indonesia artinya sayur yang berkuah. Kenapa 'kesrut'? Karena rasanya pedas jadi kalau makan akan 'kesrut-kesrut' karena menahan ingus yang keluar dari hidung karena kepedasan," selorohya sambil tertawa.
Di warungnya, Khusnul menyiapkan dua jenis isian Jangan Kesrut yaitu daging dan kikil. "Kalau mau isian ayam harus pesan dulu karena jarang yang pesan. Kebanyakan ya daging sama kikil," jelasnya.
Untuk daging, Khusnul memilih bagian lulur sapi. Ia menuturkan lulur sapi merupakan bagian paling enak karena lemaknya sedikit. Ia juga berbagi resep yang ia gunakan untuk memasak Jangan Kesrut.
"Sederhana hanya cabai besar, cabe rawit, tomat, daun bawang, terasi,
garam, dan gula. Tapi jangan lupa yang paling utama yaitu belimbing
wuluh atau belimbing sayur. Ini yang membuat Jangan Kesrut rasanya
segar. Pas dinikmati saat siang hari," jelasnya.
Jika Anda memesan satu porsi Jangan Kesrut akan mendapatkan satu paket nasi, sepotong tempe yang tebal dan garing serta Kala Gepuk. Kala Gepuk ini juga makanan khas Banyuwangi.
"Bedanya dagingya kami memlih bagian paha yang lebih berserat. Rasanya gurih. Bukan abon ya, karena Kala Gepuk ini bumbunya berbeda dan tidak kering. Pokoknya rasanya pas kalau dicampur dengan Jangan Kesrut mau yang isian daging ataupun kikil," tuturnya.
Bagi Anda penggemar kuliner pedas, sepertinya Jangan Kesrut harus dimasukkan dalam menu yang harus dinikmati jika mengunjungi Banyuwangi. Rasanya yang pedas, segar dan merah menggoda akan mampu membuat hidung Anda "kesrut-kesrut" menikmatinya.
Jika Anda memesan satu porsi Jangan Kesrut akan mendapatkan satu paket nasi, sepotong tempe yang tebal dan garing serta Kala Gepuk. Kala Gepuk ini juga makanan khas Banyuwangi.
"Bedanya dagingya kami memlih bagian paha yang lebih berserat. Rasanya gurih. Bukan abon ya, karena Kala Gepuk ini bumbunya berbeda dan tidak kering. Pokoknya rasanya pas kalau dicampur dengan Jangan Kesrut mau yang isian daging ataupun kikil," tuturnya.
Bagi Anda penggemar kuliner pedas, sepertinya Jangan Kesrut harus dimasukkan dalam menu yang harus dinikmati jika mengunjungi Banyuwangi. Rasanya yang pedas, segar dan merah menggoda akan mampu membuat hidung Anda "kesrut-kesrut" menikmatinya.
Pelesir ke Banyuwangi, Jangan Lupa Sego Cawuk
Nasi Cawuk Banyuwangi.
Seperti warung milik Mak Mantih (72) di Dusun Prejengan, Desa Rogojampi, Kecamatan Rogojampi. Mak Mantih mengaku sehari menghabiskan sampai 10 kilogram beras. "Kalau hari Minggu atau libur malah bisa sampai 15 kilo. Kalau bukanya ya mulai jam 6 pagi sampai jam jam 10. Kan Sego Cawuk ini memang pasnya buat sarapan," katanya.
Mak Mantih menjelaskan Sego Cawuk terdiri dari nasi dengan campuran kuah yang terbuat dari parutan kelapa muda, jagung muda yang dibakar dan dicampur dengan timun serta dibumbui cabai, bawang merah, bawang putih dan sedikit asam sehingga rasanya pedas segar.
"Biasanya ditambahkan dengan kuah pindang khas Banyuwangi yang terbuat dari gula pasir yang dimasak gendam, jadi hasil kuahnya manis dan dan bening," tuturnya.
Cara masak gendam ini hanya ada di Banyuwangi, yaitu gula pasir secukupnya dipanaskan di atas wajan sehingga lumer. Setelah berbentuk pasta langsung diberi air secukupnya, dan juga dibumbui seperti lengkuas, daun salam dan garam.
Untuk menambah kelezatan, Mak Mantih menyediakan banyak menu tambahan seperti pelasan atau pepes ikan laut, kikil, dendeng, dan juga telur di masak pindang. "Ikan laut yang dipelas ada ikan putihan, nus (jenis cumi kecil), lemuru, dan teri sekul (teri nasi)," katanya.
Ia mengaku setiap hari menghabiskan minimal 3 kilo ikan laut dan telur pindang 10 kilo. Tidak heran, warung kecil yang berada di sisi barat Pasar Rogojampi banyak didatangi pelanggan bahkan masyarakat Banyuwangi yang berada di luar kota. "Apalagi kalau liburan, wah rame sekali di sini. Rata-rata mereka kangen sama masakan khas Banyuwangi," katanya.
Mak Mantih penjual Nasi Cawuk di Dusun Prejengan, Desa Rogojampi, Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Nama cawuk, menurut perempuan yang berjualan sejak tahun 1972 ini
berasal dari cara makan yang menggunakan tangan. "Kalau orang Using
makan pakai tangan namanya 'dicawuk' karena mereka tidak biasa makan
menggunakan sendok," ujarnya.
Harga yang ditawarkan untuk seporsi sego cawuk cukup terjangkau yakni Rp 7.000 sampai Rp 15.000 sesuai dengan lauk yang dipesan. "Yang paling banyak pesan pakai lauk pelasan sama telur pindang," katanya.
Tertarik? Untuk Anda yang menginap di kabupaten ujung timur Pulau Jawa jangan lewatkan sarapan Sego Cawuk di Banyuwangi.
Harga yang ditawarkan untuk seporsi sego cawuk cukup terjangkau yakni Rp 7.000 sampai Rp 15.000 sesuai dengan lauk yang dipesan. "Yang paling banyak pesan pakai lauk pelasan sama telur pindang," katanya.
Tertarik? Untuk Anda yang menginap di kabupaten ujung timur Pulau Jawa jangan lewatkan sarapan Sego Cawuk di Banyuwangi.
Hujan-hujan Gini, Enaknya Menyantap Bebek Kobong
Bebek Kobong Banyuwangi.
BANYUWANGI - Musim hujan biasanya napsu makan meningkat dan inginnya makan yang hangat dan pedas. Jika Anda sedang di Banyuwangi, Jawa Timur, Anda bisa mampir di warung lesehan "Bebek Kobong" di Jalan Adi Sucipto, tepatnya di utara gedung DPRD Banyuwangi.
Kobong dalam bahasa Jawa berarti terbakar, jadi bisa dibayangkan sensasi pedas dari warung yang buka setiap jam 5 sore ini. "Menu utamanya memang bebek, mulai dari dagingnya, jeroan sampai ceker dan kepala bebek. Tapi kami juga menyediakan menu lainnya seperti ayam, dan burung dara," jelas Edi Bagong (38), pemilik warung lesehan.
Bebek kobong merupakan hasil racikan coba-coba dari Edi yang terinspirasi dari makanan khas di Banyuwangi. "Sebelumnya saya hanya buka warung lalapan biasa, tapi saya mikir apa bedanya dengan masakan rumahan? Hingga akhirnya berpikir tentang menu ini," katanya.
Menurut Edi, di Banyuwangi dikenal Sego Tempong yang rasa pedasnya khas dan juga sambal serai yang hanya ada di Banyuwangi. "Sehingga saya ada ide untuk menyatukan dua masakan khas Banyuwangi itu untuk memunculkan menu baru dengan harapan bisa menjadi warisan kuliner untuk tanah kelahiran saya," katanya.
Cara penyajiannya sebenarnya sederhana. Bebek dibumbui dengan cara direbus dan pembeli bisa mengambil dan memilih sendiri menu yang diinginkannya. Lalu bebek yang sudah direbus sebelum disajikan ke pelanggan dibakar terlebih dahulu. "Agar ada cita rasa kobong yang membuatnya lebih nikmat," kata Edi.
"Nah untuk sensasinya kami tambakan bumbu kuah super pedas. Ini tadi yang saya katakan perpaduan bumbu khas Banyuwangi yang sederhana hanya kuat di rasa serai, jahe serta cabai. Kuahnya sangat ringan tanpa santan. Jahe dan serainya juga bisa membuat badan menjadi lebih hangat terutama di musim dingin," jelasnya.
Menu bebek kobong akan semakin nikmat dimakan dengan nasi bakar yang dibuat dari nasi yang dicampur dengan daun salam dan daun jeruk.
"Setelah itu nasinya dibungkus daun pisang serta dikukus. Saat disajikan baru dibakar agar aromanya keluar. Setiap hari saya membuat nasi bakar ini sampai 170 bungkus dan biasanya sebelum jam 9 malam sudah habis," katanya.
Untuk menu bebek, Edi menyiapkan sekitar 15 sampai 20 ekor, sedangkan untuk menu seperti ayam, burung dara, ceker dan kepala, dia mengaku membawa hampir 25 kilogram setiap harinya.
Sementara itu Hermawan, salah salah satu pengunjung Bebek Kobong mengaku minimal seminggu sekali menikmati menu pedas tersebut. "Nggak harus bebek, kan bisa ayam, burung dara atau usus. Biasanya kuahnya dipisah kalau makan sama pacar, karena pacar saya nggak doyan pedas. Harganya juga relatif terjangkau antara 20 ribuan itu sudah sama nasi plus minumnya. Nikmat pedasnya itu lo yang buat ketagihan. Juga bis buat hangat di badan," jelasnya.
Anda penyuka pedas dan tertarik dengan sensasi pedas terbakarnya bebek kobong? Di tunggu di Banyuwangi, di warung lesahan milik Mas Edi Kobong.
Pelasan Uling, Unagi Jepang ala Banyuwangi
Pelasan Uling Banyuwangi.
BANYUWANGI - Menikmati unagi tidak harus
jauh-jauh ke Jepang. Anda bisa menikmatinya di Banyuwangi, Jawa Timur.
Unagi merupakan masakan Jepang yang sudah dikonsumsi mulai abad 7
sebagai makanan yang kaya protein, kalsium, vitamin A dan E yang
berbahan dari Ikan Sidat.
Mutiara Ulya pemilik Galeri Singgasana Sidat Banyuwangi mengatakan Ikan Sidat juga populer di Korea. "Masakan berbahan dasar Sidat dianggap sebagai sumber daya tahan untuk laki-laki. Selain itu Sidat mempunyai kandungan gizi 25 kali lebih banyak dibandingkan susu, 2 kali ikan Salmon serta memiliki omega tinggi. Ibu hamil juga bagus mengkonsumsinya karena akan menambah kecerdasan otak bayi dan membuat daya tahan tubuh meningkat," jelasnya.
Tidak susah mendapatkan ikan Sidat di Banyuwangi. Masyarakat dari kabupaten yang dikenal dengan Sunrise of Java lebih mengenal Sidat dengan sebutan Uling. "Kalo di Jepang Sidat tanpa tulang diolah menjadi unagi-no-kabayaki atau sidat panggang yang diberi saus manis kabayaki semacam Teriyaki. Atau ada juga direbus. Kalau di Banyuwangi, Sidat dikenal Uling biasanya dipepes atau dikenal dengan pelasan Uling," jelas Mutiara Ulya, pemilik galeri Singgana Sidat Banyuwangi.
Mutiara Ulya menjelaskan Ikan Sidat dibersihkan dan dipotong-potong serta dicuci bersih. "Untuk bumbunya sederhana hanya cabai merah, cabai rawit, asam jawa, gula merah. Ada juga tomat yang dipotong-potong untuk menghasilkan rasa segar dan pas dengan daging Sidat yang lembut," ujar gadis yang masih mengerjakan skripsi itu.
Setelah bumbu siap, maka dicampur dengan Sidat yang sudah dipotong-potong lalu dibungkus daun pisang. "Satu pelasan berisi dua atau tiga potong daging Sidat. Lalu kemudian dikukus sebentar lalu dibakar agar aroma dagingnya keluar. Memang sengaja tidak diambil durinya karena pelanggan bilang sensasinya lebih terasa," katanya.
Mutiara membanderol harga Rp 15.000 per satu pelasan. "Biasanya yang datang dari rombongan luar kota, keluarga juga ada dan makannya di atas kolam. Kami memang menyediakan semacam saung tepat di tengah tambak. Jadi pengunjung juga bisa melihat langsung budidaya ikan tawar di sini. Makan juga sekaligus belajar karena disini ada juga ikan nila, ikan koi dan lele," jelasnya.
Sementara itu Putri Akmal, warga Banyuwangi mengaku sudah beberapa kali makan pelasan Sidat bersama keluarganya. "Saya tahunya ini Uling. Dulu keluarga sering masak kalau pas nangkap di sungai. Soalnya kan belum ada yang membudidayakannya. Jadi masaknya ya kalau pas nemu aja. Saya juga baru tahu kalo di Jepang ini makanan mahal. Kalau di sini murah nggak usah jauh-jauh ke Jepang buat makan Unagi. Di sini ada yang versi Banyuwangi," katanya sambil tertawa.
Putri mengaku daging Sidat yang lembut pas sekali dengan bumbu tradisional yang bercitra pedas dan asam. "Makannya pake nasi hangat jadi lupa kalo punya utang," katanya tertawa.
Penasaran dengan rasa Pelasan Uling, Unagi Jepang Versi Banyuwangi. Di tunggu di Banyuwangi. Rasanya yang pedas, asam dan segar membuat anda selalu ketagihan.
Mutiara Ulya pemilik Galeri Singgasana Sidat Banyuwangi mengatakan Ikan Sidat juga populer di Korea. "Masakan berbahan dasar Sidat dianggap sebagai sumber daya tahan untuk laki-laki. Selain itu Sidat mempunyai kandungan gizi 25 kali lebih banyak dibandingkan susu, 2 kali ikan Salmon serta memiliki omega tinggi. Ibu hamil juga bagus mengkonsumsinya karena akan menambah kecerdasan otak bayi dan membuat daya tahan tubuh meningkat," jelasnya.
Tidak susah mendapatkan ikan Sidat di Banyuwangi. Masyarakat dari kabupaten yang dikenal dengan Sunrise of Java lebih mengenal Sidat dengan sebutan Uling. "Kalo di Jepang Sidat tanpa tulang diolah menjadi unagi-no-kabayaki atau sidat panggang yang diberi saus manis kabayaki semacam Teriyaki. Atau ada juga direbus. Kalau di Banyuwangi, Sidat dikenal Uling biasanya dipepes atau dikenal dengan pelasan Uling," jelas Mutiara Ulya, pemilik galeri Singgana Sidat Banyuwangi.
Mutiara Ulya menjelaskan Ikan Sidat dibersihkan dan dipotong-potong serta dicuci bersih. "Untuk bumbunya sederhana hanya cabai merah, cabai rawit, asam jawa, gula merah. Ada juga tomat yang dipotong-potong untuk menghasilkan rasa segar dan pas dengan daging Sidat yang lembut," ujar gadis yang masih mengerjakan skripsi itu.
Setelah bumbu siap, maka dicampur dengan Sidat yang sudah dipotong-potong lalu dibungkus daun pisang. "Satu pelasan berisi dua atau tiga potong daging Sidat. Lalu kemudian dikukus sebentar lalu dibakar agar aroma dagingnya keluar. Memang sengaja tidak diambil durinya karena pelanggan bilang sensasinya lebih terasa," katanya.
Mutiara membanderol harga Rp 15.000 per satu pelasan. "Biasanya yang datang dari rombongan luar kota, keluarga juga ada dan makannya di atas kolam. Kami memang menyediakan semacam saung tepat di tengah tambak. Jadi pengunjung juga bisa melihat langsung budidaya ikan tawar di sini. Makan juga sekaligus belajar karena disini ada juga ikan nila, ikan koi dan lele," jelasnya.
Sementara itu Putri Akmal, warga Banyuwangi mengaku sudah beberapa kali makan pelasan Sidat bersama keluarganya. "Saya tahunya ini Uling. Dulu keluarga sering masak kalau pas nangkap di sungai. Soalnya kan belum ada yang membudidayakannya. Jadi masaknya ya kalau pas nemu aja. Saya juga baru tahu kalo di Jepang ini makanan mahal. Kalau di sini murah nggak usah jauh-jauh ke Jepang buat makan Unagi. Di sini ada yang versi Banyuwangi," katanya sambil tertawa.
Putri mengaku daging Sidat yang lembut pas sekali dengan bumbu tradisional yang bercitra pedas dan asam. "Makannya pake nasi hangat jadi lupa kalo punya utang," katanya tertawa.
Penasaran dengan rasa Pelasan Uling, Unagi Jepang Versi Banyuwangi. Di tunggu di Banyuwangi. Rasanya yang pedas, asam dan segar membuat anda selalu ketagihan.
Kue Bagiak
Rujak Soto Khas Banyuwangi
Rujak Soto adalah salah satu makanan khas Banyuwangi. Rujak Soto ini merupakan campuran antara rujak cingur dengan soto babat, tapi rujaknya berbeda dengan Rujak Cingur Surabaya. Selain tidak memakai cingur perbedaan lain terletak dari petis yang digunakan yang khas. Petisnya terasa keset dan lebih nikmat dibandingkan petis biasa. Untuk sotonya, mirip soto Madura tapi hanya menggunakan daging babat saja.
Rujak disajikan terlebih dahulu, lalu disiram dengan soto babat, ditambah taburan kerupuk mlinjo dan kerupuk udang, menjadikan makanan ini makin gurih, Perpaduan yang sangat nikmat.
Buat Anda yang hobi makan jangan sampai di lewatkan makan yang satu ini, saat anda mampir di kota Banyuwangi. Selamat berkunjung dan menikmati aneka makanan dan jajanan khas banyuwangi
Sego Tempong
Pedas, adalah ciri khas menu masakan Banyuwangi ini. Nasi ini semacam dengan nasi lalapan yang khas dari kota Banyuwangi. Bedanya, terletak di sambalnya yang terasa sangat pedas. Kenapa dinamakan Sego Tempong (tempeleng)? karena setelah makan sego tempong rasanya seperti ditempeleng karena pedas. Bagi anda pecinta masakan pedas, anda harus mencoba makanan yang satu ini.
sumber
0 comments:
Post a Comment